Berikut ialah 4 tarikh sambutan Aidilfitri yang berbeza-beza mengikut perbezaan aliran/mazhab di Indonesia:
1. ALIRAN NAQSABANDIYAH (PADANG, SUMBAR) (29 OGOS)
2. MUHAMADDIYAH (30 OGOS)
3. NU (PEMERINTAH) (31 OGOS)
4. ISLAM ABOGE (1 SEPTEMBER)
Sebanyak 100 jamaah Tarekat Naqshabandiyah Surau Baitul Makmur Pasar Baru, Kelurahan Cupak Tangah, Padang, Sumatera Barat, Isnin (29/8) yang lalu melaksanakan Solat Aidilfitri. Pelaksanaan Idul Fitri jamaah tarekat ini ditetapkan atas hitungan imsyak dan rukyah para ulama.
Guru Besar Tarekat Naqsabandiyah Buya Syafri Malin Mudo mengatakan, dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri, biasanya Naqsabandiyah menghitung berdasarkan almanak (kalendar) tahunan dengan menggunakan kaedah hisab yang terdapat dalam Kitab Munjid atau penanggalan berdasarkan kiraan 360 hari dari awal Aidilfitri 2010.
“Untuk menentukan awal puasa tahun ini, dihitung 360 hari dari awal Ramadan tahun lalu dengan menghitung 30 hari sebulan. Hal ini tidak sama dengan kalendar lain yang biasa diikuti pemerintah yang memiliki tanggal sampai 31, 28 dan 29 pada Februari. Setelah menghitung secara kaedah Munjid, kami dapat pastikan Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada 29 Ogos 2011,” ujar Buya Syafri.
Ia menambahkan, Solat Aidilfitri ditetapkan setelah para ulama melakukan sidang 15 hari. Meskipun begitu, penganutnya hanya merayakan Lebaran dalam lingkungan surau, sehingga tidak mengganggu warga lain yang masih berpuasa. Menurut Buya, dalam melaksanakan rukyatul hilal (melihat bulan) dilakukan secara langsung pada tanggal 8, 15, 22 dan 30 Syaban.
Dikatakannya, berdasarkan keyakinan jamaah Tarekat Naqsabandiyah, 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Isnin 29 Ogos 2011 berdasarkan kaedah hisab dan rukyatul hilal yang digunakan.
Daftar Pelaksanaan Shalat Ied Muhammadiyah Area Jakarta
Organisasi Islam Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada Selasa tanggal 30 Ogos , yang juga merupakan Hari Raya Idul Fitri. Ketetapan itu dihasilkan berdasarkan Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dilakukan Majlis Tarjih Muhammadiyah.
Pemerintah Indonesia Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 31 Ogos
Pemerintah melalui Menteri Agama Suryadharma Ali memutuskan 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada Rabu (31/8) berdasarkan laporan dari pengamatan hilal di sejumlah daerah dan masukan dari sejumlah ketua Islam yang menghadiri Sidang Isbat di Gedung kementerian Agama Jakarta, Isnin (29/8) malam.
Penetapan tersebut terhasil dalam keputusan Menteri Agama Nombor 148 Tahun 2011 tertanggal 29 Ogos 2011 tentang Penetapan 1 Syawal 1432 H.
“Menyimpulkan secara jelas bahawa 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada hari Rabu 31 Ogos. Apakah ini bisa disetujui?,” tanya Menteri Agama Suryadharma Ali.
Pertanyaan itu dijawab setuju oleh peserta sidang di Operation Room Kementerian Agama Jakarta, Isnin (29/8) malam. Sidang itu dihadiri para duta besar dan perwakilan negara-negara Islam, Ketua MUI KH Maruf Amien, pimpinan pertubuhan-pertubuhan Islam, pejabat Kementerian Agama dan Peradilan Agama Mahkamah Agung (MA) Wahyu Widiana.
Menteri Agama juga menanggapi permintaan pertubuhan-pertubuhans Islam agar pemerintah memfasilitasi pertemuan untuk menyepakati kriteria yang sama dalam penentuan awal Ramadhan, 1 Syawal dan Idul Adha, sehingga tidak terjadi lagi perbedaan di Indonesia dalam menetapkan hari-hari keagamaan tersebut.
Sebelumnya, Ketua Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama Ahmad Jauhari melaporkan, dari hasil pemantauan di 96 lokasi, dari Banda Aceh hingga Papua, 30 lokasi melaporkan tidak melihat hilal (bulan baru).
“Ada juga laporan dari Jepara dan Cakung pada pukul 17.56 WIB bahwa mereka melihat hilal,” kata Jauhari.
Jauhari memaparkan, ijtimak (pertemuan akhir bulan dan awal bulan baru) menjelang Syawal jatuh pada Senin 29 Ogos atau 29 Ramadhan, sehingga saat matahari terbenam posisi hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian 0 derajat 8 menit sampai 1 derajat 53 menit. Dengan demikian, bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal) dan 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Ogos 2011.
Ketua Lajnah Falakiah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ghozali Masroeri mengatakan, pengamatan NU di beberapa titik juga tidak melihat hilal.
“Prediksi almanak NU, 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Ogos. Sedangkan laporan rukyatul hilal NU, 90 titik tidak berhasil melihat bulan baru,” ujarnya.
Sementara Fatah Wibisono, Pengurus PP Muhammadiyah mengungkapkan, pihaknya akan tetap berlebaran pada Selasa 30 Ogos. Namun demikian, ia meminta agar perbezaan ini tidak menjadi masalah dan semua pihak tetap menjaga ukhuwah islamiyah.
“Kami mengimbau agar yang berlebaran besok tidak atraktif,” ujarnya.
Islam Aboge Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 1 September
Para penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada 1 September 2011.
“Berdasarkan perhitungan yang telah kami yakini sejak ratusan tahun silam, Lebaran bagi penganut Islam Aboge jatuh pada hari Kamis Legi, 1 September 2011,” kata Sudiworo (60), sesepuh Islam Aboge di Desa Kracak, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Senin (29/8).
Penetapan 1 Syawal tersebut berdasarkan perhitungan menggunakan rumusan Waljiro (Syawal-Siji-Loro), yang berarti 1 Syawal pada hari pertama dengan hari pasaran kedua.
Sudiworo mengatakan, rumusan tersebut diturunkan dari hitungan hari maupun pasaran pertama pada tahun hijriah yang sedang berjalan. Dijelaskannya, penganut aliran Aboge meyakini jika 1432 Hijriah merupakan tahun Ba/Be dengan 1 Muharam jatuh pada Kamis pasaran Legi, sehingga muncul hitungan Bemisgi (tahun Be-Kemis/Kamis-Legi).
Ia mengatakan, hitungan Bemisgi tersebut sebagai patokan perhitungan untuk menentukan hari-hari penting lainnya pada tahun Be itu.
“Kamis merupakan hari pertama di tahun Be. Demikian pula Legi merupakan pasaran pertama di tahun Be,” katanya.
Ia menambahkan, persiapan menyambut Lebaran oleh para penganut Islam Aboge berlangsung seperti biasa dan tidak ada yang istimewa, meskipun sebagian besar umat Islam telah berlebaran lebih dulu.
Hingga saat ini, di Kabupaten Banyumas terdapat ratusan penganut Islam Aboge yang tersebar di sejumlah desa antara lain Desa Cibangkong (Kecamatan Pekuncen), Desa Kracak (Ajibarang), Desa Cikakak (Wangon), dan Desa Tambaknegara (Rawalo). Selain itu, di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, juga terdapat ratusan penganut Islam Aboge.
Penganut Islam Aboge merupakan penganut aliran yang diajarkan Raden Rasid Sayid Kuning. Perhitungan yang dipakai aliran Aboge telah digunakan para wali sejak abad ke-14 dan disebarluaskan oleh ulama Raden Rasid Sayid Kuning berasal dari Pajang.
Para penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.
Hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
sumber:http://suropeji.com/tahun-ini-di-indonesia-ada-4-lebaran/
uish...peliknya kat tmpt sne...ikot tarikat smpi ade 4 trkh ryer berbeza
ReplyDeletemm..kesiannya kalu rumah sebelah ikut mazhab lain..umah kita ikut mazhab lain..
ReplyDeletekita da raya...dia belum..
nak ziarah pun x dapat...sbb dia ngah pose lagi..huu